Perpustakaan Baca Di Tebet, Asiknya Baca Buku Sambil Makan dan Ngopi
Merupakan sebuah paradoks saat sebagian orang kehilangan minat membaca buku karena terdiktrasi sosial media, dan sebagian yang lain justru mulai termotivasi untuk membaca buku setelah melihat postingan menarik tentang buku di sosial media.
Saya termasuk yang termotivasi membaca buku setelah melihat postingan para bookstagram atau teman yang penyuka buku tentang buku-buku yang sedang mereka baca—yang mana lumayan sering berseliweran di timeline sosial media.
Khusus para bookstagram, mereka juga sering kan memposting kunjungan ke beberapa perpustakaan.
Tidak jarang, saya merasa tertarik untuk mengunjunginya juga. Salah satunya perpustakaan Baca Di Tebet yang ada di Jakarta Selatan.
Sebab tempatnya yang tampak menarik dilihat dari postingan sosial media dan lokasinya yang tidak begitu jauh, jadilah akhirnya saya menyempatkan diri mengunjungi perpustakaan tersebut.
Daftar Isi
Perpustakaan Baca Di Tebet
Buat yang belum tahu, perpustakaan Baca Di Tebet ini termasuk perpustakaan yang dikelola oleh swasta yang berlokasi di Tebet, Jakarta Selatan.
Baca Di Tebet menyediakan ruangan-ruangan serta koleksi buku bagi para pecinta buku untuk meluangkan waktu membaca buku, berdiskusi, berpikir, dan berkarya.
Baca Di Tebet (BDT) hadir sebagai alternatif dari ruang-ruang publik yang bersifat konsumeristik. Di saat dunia tergila-gila dengan kecanggihan dunia virtual. BDT memilih menghadirkan sebuah ruang berbentuk perpustakaan fisik.
Bisa dibilang perpustakaan ini cukup komersil karena untuk masuk ke dalam perpustakaan ini dikenakan biaya.
Perpustakaan ini juga terafiliasi dengan kafe Makan Di Tebet (namanya simple ya :D), yang letaknya masih satu bagunan; restoran ada di bawah sedangkan perpustakaan terletak di lantai atas.
Enaknya dengan begitu, pengunjung jadi tidak perlu repot-repot cari makan ke tempat lain kalau tiba-tiba lapar saat asik baca buku.
Cara berkunjung ke Baca Di Tebet
Tidak seperti perpustakaan pada umumnya di mana setiap pengunjung bisa datang kapan saja, di Baca Di Tebet calon pengunjung harus melakukan registrasi kunjungan dulu.
Tujuannya agar perpustakaan tidak overcrowded yang malah membuat pengunjung lain tidak nyaman.
Nah, berikut ini cara berkunjung ke Baca Di Tebet:
- Melakukan registrasi melalui website https://bacaditebet.id/daftar/
- Kemudian pilih jenis tiket, laluk klik “Daftar”. Saya pilih yang Tiket Harian.
- Selanjutnya pilih tanggal kunjungan dan jumlah tiket. Saya pesan untuk 2 orang (saya dan suami).
- Melakukan pembayaran
- Datang sesuai jadwal
Pengalaman kunjungan ke Baca Di Tebet
Saat tiba di Baca Di Tebet, saya sudah suka dengan warna pintunya yang berwarna hijau.
Terlihat di pintu tulisan “Closed”, saya pikir perpustakaannya sedang tutup/libur, tapi ternyata maksudnya kafe Makan Di Tebet yang masih tutup alias belum buka.
Kami pun langsung membuka pintu dan menemui seorang mbak yang ada di meja resepsionis kecil.
Mbak tersebut kemudian bertanya apakah kami sudah membeli tiket kunjungan untuk hari itu dan seterusnya, hingga kami diberi kunci loker dan dipersilakan menyimpan tas bawaan di loker yang sudah disediakan.
Pengunjung hanya diperbolehkan membawa tas transparan untuk dibawa ke area perpustakaan.
Letak lokernya ada di luar pintu hijau tadi, tapi dijamin aman karena ada kuncinya.
Namun untuk antisipasi, kami memilih membawa dompet dan barang berharga lainnya ke area perpustakaan.
Setelah itu kami dipersilakan menuju ke atas, ke tempat perpustakaan berada.
Saya suka dengan bentuk tangganya yang melingkar ke atas dan terkesan klasik.
Sekilas saya juga melihat di ruangan lantai bawah adalah kafe Makan Di Tebet dengan beberapa meja dan kursi makan untuk pengunjung serta beberapa koleksi buku.
Tiba di perpustakaan di lantai atas, ternyata ada mbak lain lagi yang menyambut kami dengan ramah, dan bertanya apakah ini kunjungan pertama kami, dan seterusnya.
Untuk pengunjung baru, mbaknya akan menjelaskan informasi sekilas tentang perpustakaan Baca Di Tebet, koleksi buku, dan ruangan-ruangan yang ada di sana.
Ternyata di sana ada tiga ruangan; ruang temu, ruang pikir, dan ruang baca.
Pengunjung hanya diperbolehkan makan dan minum di ruang temu, sedangkan di ruang lain hanya boleh membawa air mineral untuk minum.
Ruang temu

Ruang temu | bacaditebet.id
Setiap pengunjung yang datang, otomatis masuk ke ruang temu. Ibaratnya ruang temu ini sebagai berandanya Baca Di Tebet.
Di ruang ini setiap pengunjung bisa makan dan minum sambil membaca buku dan berdiskusi.
Dengan kata lain ruangan ini cukup bebas ya, pengunjung masih bisa berbicara atau berdikskusi asal tidak terlalu mengganggu pengunjung lain.
Di ruang temu ini juga terdapat spot iconic dari Baca Di Tebet, yaitu berupa rak buku besar dari kayu yang berwarna hijau (warna khas perpustakaan ini) dengan papan bertuliskan “BACA DI TEBET” serta tiga kursi kayu dan meja.
Spot tersebut biasanya dijadikan sebagai tempat duduk para pembicara atau narasumber jika sedang ada event diskusi di sana.
Sedangkan anggota diskusi bisa duduk di kursi-kursi di depannya.
Untungnya waktu itu sedang tidak ada event apa-apa, jadi kami bebas berfoto ria sambil lihat-lihat koleksi buku.

Spot iconic Baca Di Tebet
Saya suka sekali dengan ambience di ruang temu ini karena terasa begitu homey dan enak dipandang mata.
Cahaya lampunya pun cukup nyaman di mata.
Saya dan suami memilih duduk di kursi di samping pagar tangga.
Kedua kursi dengan meja kayu tersebut lebih rendah daripada kursi dan meja lainnya, namun terasa lebih nyaman karena di bawah meja ada semacam meja kecil untuk bisa meluruskan kaki.
Jadi auto betah baca buku lama-lama di sana.
Ruang pikir
Setelah agak bosan di ruang tamu (lama-lama bosan juga :D), kami beranjak masuk ke ruang selanjutnya, yaitu ruang pikir.
Ruang pikir merupakan ruangan yang lebih kecil. Di dalamnya ada satu meja besar dengan beberapa kursi di bagian tengah yang dikelilingi rak buku besar.

Ruang pikir | bacaditebet.id
Ruangan ini sepertinya bisa digunakan untuk diskusi yang lebih privat.
Saat di sana, saya mendapati ada dua orang yang seperti sedang les privat, tapi tidak begitu berisik.
Hanya saja saya jadi merasa canggung kalau ikutan duduk di kursi lainnya.
Di sini saya hanya melihat-lihat koleksi buku yang ada di sana, dan menemukan beberapa buku ekonomi dan manajemen (buku yang relate dengan jurusan kuliah, tapi tentu saja saya tidak mau membacanya lagi, haha).
Buku-buku di sini kebanyakan buku akademis dan non-fiksi.
Ruang baca
Ruang baca ada tepat di sebelah ruang pikir, dan hanya dipisahkan oleh sebuah pintu kecil.
Koleksi buku di ruang baca didominasi dengan buku fiksi.
Di ruang ini ada rak buku kayu berukuran besar yang letaknya agak tinggi (tampak seperti panggung), sehingga bagi pengunjung yang ingin melihat-lihat buku harus tiga anak tangga dulu.
Sayangnya buku di situ kurang rapi. Saya mendapati ada banyak buku yang tercecer, dan bahkan beberapa di antaranya sudah berdebu dan rusak.
Di depan rak tersebut masih ada meja kayu dan beberapa kursi. Sesuai namanya, ruang baca ini lebih senyap sih, daripada ruang temu tadi.
Selain rak buku kayu, ada juga rak buku dari besi tempat menyimpan koleksi buku lainnya.
Saya banyak menemukan buku-buku menarik di rak buku besi tersebut, tapi saya cuma bisa lihat-lihat karena keterbatasan waktu.
Di samping rak buku ada meja panjang yang menghadap langsung ke jendela.
Kalau baca di situ bakal silau dan auto kepanasan kalau matahari sedang terik-teriknya.
Baca Juga: Kunjungan Pertama di Perpustakaan Nasional RI
Koleksi buku Baca Di Tebet
Menurut saya, buku bacaan di sini mungkin tidak selengkap di Perpusnas, tapi wajar saja mengingat tempatnya juga yang tidak begitu luas.
Namun, Cukuplah untuk para penggemar buku yang tidak terlalu mendewakan buku dengan judul-judul yang populer saja.
Pun demikian, bukan berarti buku-buku populer sama sekali tidak ada di sini.
Saya randomly menemukan buku karangan Dee Lestari, Dan Brown, Agatha Christie, hingga novel remaja Rintik Sedu karangan penulis muda Tsana.
Yang saya suka, saya menemukan beberapa novel karangan Pramoedya Ananta Noer dan kumpulan cerpen Goenawan Muhammad, yang mana sependek pengalaman saya agak susah dicari di Perpustakaan Nasional.
Selain buku fiksi, ada berbagai jenis buku lainnya juga seperti buku psikologi, hukum, ilmu alam, dan lain sebagainya.
Di tiap rak ada label untuk masing-masing kategori.
Sayangnya, untuk mencari buku bedasarkan judul agak susah sebab buku tidak disusun bedasarkan abjad (atau mungkin karena pengunjung yang tidak meletakannya seperti semula?).
Seperti yang saya ceritakan di atas, saya menemukan buku secara random saja.
Oiya, buku-buku berbahasa asing juga ada di sini. Misalnya novel Sherlock Holmes berbahasa Inggris atau buku How to Love karya Gordon Livingston.
Baca buku sambil makan dan ngopi
Sebenarnya saat awal kedatangan, saya sudah merasa lapar (maklum belum sarapan) dan berencana memesan makanan.
Namun, berhubung restoran Makan Di Tebet baru buka pukul 11.00, jadilah saya pilih-pilih buku untuk dibaca dulu sembari menahan lapar, haha.
Sekitar pukul 11.00 lebih sedikit, saya langsung ke restoran lagi untuk memesan makanan.
Pesan menunya di lantai bawah Makan Di Tebet tadi, tapi nantinya pesanan akan di antar ke lantai atas kok.
Sayangnua, waktu itu belum banyak menu yang bisa saya pesan, mungkin karena masih baru aja buka, jadi cuma ada sedikit pilihan menu yang tersedia.
Akhirnya saya dan suami sama-sama memesan menu spaghetti; spaghetti bolognese dan tuna cheese.
Untuk minuman, tentu saja tidak lain dan tidak bukan, kami memesan kopi susu, hehe.

Spaghetti bolognese dan secangkir kopi susu
Soal rasa spaghetti-nya menurut saya enak yang standard saja.
Tapi suami cenderung lebih suka yang bolognese daripada tuna cheese.
Menurutnya keju di spaghetti tuna cheese terlalu banyak, creamy, dan bikin enek.
Saya bahkan sampai mengalah tukeran piring karena suami tidak suka menu yang dia pesan, haha.

Saling icip lama-lama tukeran piring 😀
Sedangkan rasa kopinya terlalu manis buat kami. Porsinya pun terlalu sedikit.
Dari segi harga juga agak mahal sedikit, tapi masih bisa dimaklumi sih.
Oiya, makan dan minum hanya diperbolehkan di Ruang Temu dan kafe ya. Selain ruangan tersebut, pengunjung hanya boleh membawa air mineral saja.
Ya lumayan banget, saya jadi gak perlu khawatir dehidrasi saat keasikan baca buku.
Review kunjungan Baca Di Tebet
Bagi saya mengunjungi perpustakaan Baca Di Tebet sangat menyenangkan dan berkesan untuk pecinta buku amatiran seperti saya.
Saya sangat suka dengan vibe perpustakaan yang begitu homey, sehingga membuat saya betah berlama-lama membaca buku di sana.
Saya sendiri sampai tuntas membaca buku “Aku” karangan Chairil Anwar selama di sana.
Lumayan banget untuk mengejar target jumah buku yang dibaca tahun ini.
Secara fisik, perpustakaan ini sangat aesthetic, instagramable, dan tidak membosankan.
Meski menarik dari segi visual, koleksi buku di sana juga cukup lengkap, serta kategorinya pun beragam.
Poin yang paling saya suka adalah pengunjung diperbolehkan minum sambil baca buku, yang mana sesuai dengan concern saya yang gampang dehidrasi ini.
Minusnya mungkin harga tiketnya yang agak mahal kalau dibeli secara harian.
Saya sebenarnya mau saja membeli tiket tahunan andai saja lokasinya dekat dengan rumah.
Di BDT ini tidak ada mushola khusus, tapi ada sudut sholat.
Jika ingin sholat lebih nyaman dapat menggunakan masjid terdekat, yang jaraknya hanya 20 m.
Kami pun waktu itu solat di masjid sekitar Tebet saat pulang.
Info tambahan
Alamat
Jl. Tebet Barat Dalam Raya 29, Jakarta Selatan
Jam operasional
- Selasa – Kamis, Minggu: 10.00-18.00 WIB
- Jumat – Sabtu: 12.30-20.30 WIB
- Senin dan tanggal merah: tutup
Fasilitas lain
- Free air mineral isi ulang
- Free wifi
- Parkir kendaraan
- Toilet
Penutup
Buat pecinta buku, Baca Di Tebet bisa masuk list perpustakaan yang wajib dikunjungi, karena memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan.
Namun, harga tiketnya yang tidak murah mungkin bisa jadi tidak cocok dengan kantong sebagian orang.
Kamu punya rekomendasi perpustakaan lain untuk dikunjungi? Share di kolom komentar ya!