Sarapan di Kedai Tjikini, Kafe Bernuansa Tempo Doeloe — Kalau menyebut Jakarta Pusat, yang ada di pikiran kebanyakan orang mungkin Monas, kantor-kantor pemerintahan atau kantor kedubes AS.
Namun, di sisi lain masih banyak bangunan-bangunan lawas bernuansa tempoe doloe yang jadul tapi justru unik dan menarik.
Kedai Tjikini di daerah Cikini, merupakan salah satu dari beberapa kafe dan restoran yang bertempat di bekas bangunan tua Jakarta Pusat.
Meski sudah dipugar, bangunannya masih menyisakan kesan tempo jaman dulu yang klasik.
Sama seperti Hotel Sofyan Cut Meutia, yang membuat saya tertarik mengunjungi Kedai Tjikini ya karena arsitektur bangunannya.
Waktu itu saya dan suami ke Kedai Tjikini untuk sarapan, walaupun sebenarnya sebelum berangkat kami sudah mengisi perut supaya gak masuk angin saat di jalan, hehe.
Daftar Isi
Lokasi Kedai Tjikini, Jakarta Pusat
Lokasi Kedai Tjikini sangat strategis dan mudah ditemui saat melintasi Jalan Cikini Raya.
Posisinya ada di antara deretan toko dan kafe di sebelah kiri jalan yang menempati bangunan tua berasitektur jaman Belanda.
Pengunjung boleh saja memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan, tapi saya sarankan parkir di Menteng Huis saja supaya lebih tenang, untuk kemudian tinggal berjalan kaki menuju kafenya.

Jalanan terlihat dari dalam Kedai Tjikini
Interior jaman dulu yang bikin betah
Kafe Kedai Tjikini ini berupa kafe dua lantai di pinggir trotoar di daerah Cikini. Kafenya sendiri memiliki pintu dan jendela kaca lebar transparan, sehingga setiap orang yang melintas di trotoar dapat melihat suasana di dalam kafe dengan lumayan jelas.
Meski dari luar kelihatan kecil, nyatanya saat masuk ke dalam Kedai Tjikini ini lumayan luas dan memiliki dua lantai.
Saat masuk, pengunjung bisa langsung melihat meja resepsionis berbahan kayu untuk memesan menu dan beberapa meja bundar kecil dan kursi kayu bergaya vintage.
Lampu bulat menggantung dan kipas angin berbaling-baling besar tampak menggantung di langit-langit menambah kesan klasik bersahaja.
Desain interior dominan cokelat tua ditambah cahaya lampu yang temaram seolah membawa pengunjung kembali ke Jakarta tempo doeloe.

Suasananya vintage banget nih
Saya pribadi sangat menikmati suasana jadul di Kedai Tjikini yang terkesan homey dan membuat betah.
Seperti tema kafenya yang klasik, Kedai Tjikini menawarkan beragam menu makanan dan minuman khas Indonesia.
Untuk makanan di antaranya ada lontong cap gomeh, soto betawi, pisang goreng, tempe mendoan, dan lainnya.
Sementara untuk minuman, selain kopi dan teh, ada juga minuman khas Indonesia seperti beras kencur, kunyit asam, dan es kolang kaling.
Saya memesan cappucino sedangkan suami memesan latte, dengan tambahan satu porsi pisang goreng dan macaroni schotel sebagai sarapan kedua.
Ketika menunggu menu pesanan disajikan, kami duduk di kursi di depan bar sambil menatap ke arah jendela sana.
Sesungguhnya saya sangat berharap bisa duduk di kursi di depan kaca yang saat itu sedang diduduki pengunjung lain, supaya bisa leluasa melihat ke arah jalan di luar sana.
Beruntung, tidak lama kemudian pengunjung tersebut sudah beranjak, dan kami pun segera pindah tempat duduk.
Ketika pesanan kami diantarkan ke meja, kami sempat meminta tolong untuk difotokan oleh pelayan kafe, hehe.
Lucunya pas kami duduk di spot tersebut, ada bapak-bapak pengemis di luar sana yang memberi isyarat memberi uang.
Waduh, jadi gak enak, makan sambil dimintain gitu, hahaha.

Best spot di Kedai Tjikini
Baik cappucino, pisang goreng, maupun macaroni schotel semuanya tersaji dalam keadaan hangat dan fresh. Saya suka dengan bentuk latte art cappucino yang tampak sangat cantik.

Yummy breakfast

Cantik banget latte art-nya
Btw, suasana kafe ini mirip kafe Funiculi Funicula yang ada di dalam novel dengan judul yang sama.
Pada awal-awal kondisi kefe masih terbilang sepi, namun saat menjelang makan siang tamu mulai berdatangan.
Alhasil kafe jadi lumayan rame, dan saya merasa tidak nyaman lagi untuk berada di sana. Karena bosan juga kali ya, hehehe.
Fasilitas di Kedai Tjikini
Nah, sekarang kita bahas fasilitas-fasilitas yang ada di Kedai Tjikini ini.
Parkir
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, pengunjung memang boleh-boleh saja memarkirkan kendaraan di pinggir jalan depan Kedai Tjikini, tapi space-nya agak terbatas karena termasuk parkir umum, bukan khusus untuk tamu kafe saja.
Kalau mau lebih leluasa, bisa parkir di Menteng Huis di seberang kafe.
Smooking room
Kedai Tjikini ini terdiri dari 2 lantai, di mana lantai 1 merupakan non-smoking room dan lantai 2 untuk smoking room.
Lantai 1 sendiri terdiri dari 2 ruangan (ruangan depan dan belakang) yang terpisah oleh jendela dan pintu kaca.
Nah, ruangan belakang ini merupakan area dengan atap transparan, yang bisa juga digunakan sebagai smoking room.
Toilet
Toilet ada di lantai dua kafe, yang mana merupakan lantai khusus smoking room.
Karena masih pagi menjelang siang, saat itu ruangan di lantai 2 belum open untuk pengunjung.
Tapi pengunjung boleh ke lantai atas untuk menggunakan toilet.
Untuk toiletnya menurutku bersih dan nyaman banget sih.
Wifi
Di sini juga tersedia free wifi ya buat pengunjung. Jaringannya lumayan kencang, soalnya suami kemarin sempat sarapan sambil meeting online di sini.

Sarapan sambil meeting
Review Kedai Tjikini
Nah, sekarang saatnya review kafe Kedai Tjikini ini.
Rasa
Please note kalau waktu itu saya pesan cappucino-nya yang non-sugar, supaya bisa lebih fair menilai cita rasa kopinya.
Menurut saya rasa kopinya enak, otentik, dan legit di lidah.
Rasa makaroninya juga enak, karena perpaduan rasa smoked beef yang lumayan banyak, keju yang gurih dan makaroni yang kenyal, ditambah itu semua disajikan hangat.
Sedangkan rasa pisang goreng manis, hangat, namun sayang porsinya sedikit, hehehe.
Secara umum, Kedai Tjikini ini bukan cuma ‘menjual’ tempat yang estetik dan menarik, tapi dari segi rasa menu-menunya juga juara.
Saya bahkan berencana mau datang lagu buat cobain menu-menu lainnya.
Harga
Well, dari segi harga, menu di Kedai Tjikini ini lumayan pricey. Saya sempat kaget saat membayar bill di kasir (harap maklum ya, haha).
Waktu itu kalau tidak salah saya kena tagihan Rp150-160.000.
Tapi it’s okay karena memang lokasinya yang strategis dan tempatnya juga yang memiliki interior dan konsep klasik dan elegan.
Selain itu, rasa makanan dan minumannya juga enak-enak.
Tempat
Saya pribadi suka banget dengan konsep desain interior Kedai Tjikini yang menghadirkan atmosfir nostalgia yang begitu kuat.
Rasanya seakan sedang mengunjungi rumah nenek yang sudah lama tidak berjumpa.
Menu hidangan rumahannya juga sangat bersahabat yang memberikan kenangan masa lampau yang hangat di hati.
Pokoknya Kedai Tjikini ini cocok untuk kamu yang mau bersantai ria menikmati makanan dan minuman dengan nuansa klasik dan elegan.
Kesimpulan
Jika kebanyakan kafe atau restoran di Jakarta mengusung tema modern, minimalis, atau industrialis, di Kedai Tjikini kamu bisa merasakan atmosfir jadul tapi mantul.
Tidak hanya ‘menjual’ desain interior, makanan dan minuman di sini juga enak-enak dan cita rasanya otentik dan pas di lidah.
Namun, jujurly harganya yang tidak murah sepertinya cukup menjadi pertimbangan untuk berkunjung ke sana lagi, hehe.
Secara umum saya suka berkunjung ke sini dan kalau ada budget bolehlah balik lagi ke sini, karena memang susananya nganenin dan makanannya seenak itu.
Nah, apakah kamu suka dengan kafe jadul seperti Kedai Tjikini ini? Share yuk!