Matchadreamy

Naik Kereta Gantung di Kota Thaif: Wisata Sekaligus Napak Tilas Sejarah Islam

Fitri Apriyani
Fitri Apriyani
Menikmati keindahan pemandangan kota Thaif dari ketinggian sekaligus merenungi perjuangan Nabi SAW dalam dakwah.

Halo teman-teman! Rasanya sudah lama sekali ya saya gak nulis tentang traveling di blog ini. Padahal setiap jalan-jalan, saya sengaja banyakin foto-foto untuk stok sebagai bahan tulisan.

Kali ini, saya tiba-tiba teringat pengalaman berkesan saat mengunjungi Thaif di Arab Saudi pada perjalanan umroh setahun yang lalu.

Hihihi, walaupun sudah lama, namun semoga tulisan ini bisa jadi gambaran bagi teman-teman tentang wisata religi ini, yang sering menjadi bagian dari paket perjalanan umroh dari beberapa agen travel di tanah air.

Sebenarnya paket umroh yang saya dan suami pilih tidak include perjalanan ke Thaif, sebab perbedaan harganya yang lumayan mahal.

Namun, alhamdulillah kami dan rombongan jamaah dengan paket yang sama dengan kami mendapatkan fasilitas ini secara gratis dari agen travel.

Sekilas Sejarah Thaif: Saksi Bisu Kekecewaan Nabi SAW

Okay, kita mulai dari sejarah singkat kota Thaif dulu, supaya tahu apa manfaatnya sih mengunjungi daerah pegunungan yang letaknya 60 mil dari Mekkah ini?

Teman-teman tentu masih ingat bagian dari sirah nabawiyah di mana Rasulullah SAW menempuh perjalanan dari Mekkah ke Thaif untuk tujuan dakwah.

Sebab pada saat itu penduduk Mekkah enggan menerima dakwah beliau SAW. Bahkan sejak kematian Abu Thalib, paman beliau SAW, tekanan kepada Nabi dari kaum kafir  Quraisy semakin keras.

Nabi berharap bisa lebih aman dan tenang tinggal di Thaif dan dapat menyampaikan risalah Islam dengan leluasa.

Ditemani anak angkatnya, Zaid bin Haritsah, beliau SAW menuju Thaif dengan berjalan kaki dari kota kelahirannya, Mekkah.

Singkat cerita, perjalanan dakwah Nabi SAW tidak berbuah manis. Meski telah mendatangi para pemuka masyarakat Thaif satu persatu, tapi tidak seorangpun yang mau menerima seruan Nabi.

Semuanya bersikap yang sama,  mengusir Nabi dari Thaif. Akhirnya Nabi dan Zaid pergi meningalkan Thaif dengan kecewa.

Perjalanan mereka keluar meninggalkan Thaif tidak mudah. Dikutip dari Suara Muhammadiyah, mereka berdua dibuntuti oleh orang-orang jahat dan budak-budak yang meneriaki dan mencaci maki  Nabi.

Bahkan mereka juga mulai melempari beliau dengan batu sambil terus mencerca. Ada satu lemparan menggenai tumit beliau sehinga terompah beliau berlumuran darah.

Perjalanan ke Thaif: Sarana Bertafakur

Saya dan rombongan jamaah berangkat ke Thaif pada Jumat, sekitar pukul 15.00 dengan menggunakan bus carteran dari agen travel.

Perjalanannya seperti memasuki jalan tol. Kondisi jalan pun sangat lengang dan lancar.

Selama di perjalanan kami disuguhkan pemandangan khas landscape daerah timur tengah: dataran tandus berwarna coklat. Kami juga melewati beberapa perbukitan yang tidak terlalu tinggi.

Saya sangat takjub dengan suguhan panorama yang berbeda jauh dengan yang ada di Indonesia, gersang, dan hampir tidak ada pohon.

Namun, Allah telah memilih wilayah ini sebagai titik awal perkembangan agama Islam, bukan di tempat lain.

Saya juga larut dalam haru membayangkan betapa sulitnya perjalanan yang ditempuh Rasulullah SAW dari Mekkah dengan hanya berjalanan kaki.

Kami tiba di Thaif setelah menempuh kira-kira dua jam perjalanan.

Foto pemandangan selama perjalanan dari dalam bus

Pengalaman Naik Kereta Gantung Taif

Sampai di Thaif, suhu udara sejuk mulai menerpa badan kami. Rasanya adem dan membuat nyaman meski matahari masih terlihat terik. Mungkin karena Thaif ini termasuk dataran tinggi.

Kami pun diarahkan untuk segera masuk ke stasiun kereta gantung guna bersiap naik cable car yang bernama Taifsama.

stasiun taifsama

Stasiun Taifsama di Thaif bawah

Sebagai informasi, kota Thaif atau Taif itu ada dua bagian: Thaif bawah (resor al-Kar) dan Thaif atas (gunung Al Hada).

Tadi kami hanya baru tiba di kota Thaif bawah, dan akan menuju Thaif atas dengan menggunakan cable car Taifsama ini.

taifsama station

Stasiun Taifsama di Thaif atas

Unit kereta yang tiba di stasiun tidak bisa berhenti total, hanya bergerak lambat. Jadi kami harus gercep alias gerak cepat untuk naik dan masuk ke dalamnya. Satu kereta gantung bisa diisi enam sampai delapan orang.

kereta gantung taifsama

Bagian dalam Taifsama. (Abaikan tangan ibu2 yang gak sengaja kefoto ya :D)

Saat Taifsama sudah terisi penuh, ia langsung bergerak pelan meninggalkan stasiun, mengikuti kabel kokoh yang terbentang menghubungkan kota Thaif bawah dan atas.

Menikmati Pemandangan Spektakuler dari Atas

Karena menuju dataran yang lebih tinggi, perjalanan kereta gantung ini menanjak tinggi ke atas.

Secara bertahap kami bisa melihat landscape sekitar Taif secara lebih luas. Pegunungan cadas membentang seolah menemani darmawisata kami.

naik kereta gantung taif

Ketika mencapai titik tertinggi, kami bisa melihat salah satu jalan utama di Arab Saudi yang menghubungkan banyak kota-kota besar seperti Makkah, Jeddah, Taif, dan beberapa wilayah lain di utara, timur, barat, dan selatan Arab Saudi.

Dari atas saya melihat jalanan begitu memesona meliuk-liuk membelah pegunungan.

Saya begitu terkesima dengan pemandangan spektakuler dari kombinasi jalan yang dilalui kendaraan itu bergelombang, melingkar, berkelok naik-turun secara elegan dan pegunungan berbatu yang beridiri kokoh nan megah.

al hada view

Melihat pegunungan dipenuhi bebatuan ini, saya kembali merenungi kisah pahit Rasulullah SAW, di mana beliau sempat dilempari batu saat hendak meninggalkan Taif ini. 

Meskipun tidak diketahui lokasi tepatnya, namun melihat bentang alam ini semakin menambah kecintaan dan apresiasi saya terhadap baginda Nabi SAW.

Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad.

alhada road

Sebenarnya, saya termasuk orang yang takut dengan ketinggian. Namun saat menaiki Taifsama ini, perasaan itu sirna tanpa jejak.

Entah mungkin karena kereta gantung ini melaju dengan pelan sehingga tidak menimbulkan sensasi yang membuat jantung deg-degan.

Atau mungkin juga karena saya terlalu menikmati pemandangan epik yang terbentang di bawah sana.

Saya pun sempat mengabadikan momen di dalam kereta bersama suami tercinta.

Perjalanan naik cable car ini kira-kira membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Saat sudah hampir sampai, kami mulai melewati pegunungan tempat stasiun Taif atas berada.

 

Singgah di Perkebunan Mawar

Tiba di Thaif atas, udara dingin kembali menerpa badan. Rasanya saya menyesal sekali tidak membawa jaket, karena mengira suhu Arab Saudi tidak akan sedingin ini.

Kami kembali naik bus carteran menuju lokasi selanjutnya. Pemberhentian pertama kami di Thaif atas adalah kebun mawar.

Siapa sangka kan Arab Saudi punya area sehijau ini? 

Di sini kami bersantai sejenak sambil menikmati teh hangat.

kebun mawar taif

Lokasi ini berdekatan dengan kebun mawar sebagai bahan baku pembuatan parfum.

Di lokasi ini kita bisa menonton video soal pembuatannya mulai dari proses penyulingan 300 juta bunga mawar, yang nantinya dijadikan minyak wangi. Ada juga beberapa spot bagi yang ingin melihat langsung hasil sulingan bunga mawar.

Tentu saja di area ini ada toko souvenir yang menjual parfum mawar tersebut dan parfum lain khas Arab Saudi. Waktu itu kami hanya membeli beberapa botol kecil.

Di sekitar area ini juga banyak penjual oleh-oleh. Ada juga yang berjualan jagung bakar, persis seperti di Puncak.

Melewati Kebun Addas

Hari sudah mulai gelap ketika kami meninggalkan kebun mawar. Lokasi selanjutnya adalah Kebun Addas.

Kembali ke sirah nabawiyyah, saat Rasulullah SAW meninggalkan Taif dengan hati sedih dan kecewa, beliau SAW sempat singgah di sebuah kebun anggur.

Singkat cerita, di kebun itulah beliau SAW bertemu dengan seorang pemuda nasrani bernama Addas yang datang menghampiri untuk memberikan buah anggur.

Sayangnya, karena hari sudah gelap, kami tidak sempat singgah di kebun yang diduga menjadi lokasi kejadian bersejarah tersebut. Kami hanya bisa melewatinya.

Thaif: Tujuan Wisata Musim Panas Warga Arab Saudi

Sepanjang perjalanan kembali kami ke stasiun Thaif atas, kami menemukan banyak mobil berjejer terparkir di pinggir jalan.

Tidak jauh dari mobil tersebut, ada beberapa keluarga yang duduk-duduk di atas tikar atau karpet. Beberapa juga ada yang menikmati kuliner di kios-kios yang buka di pinggir jalan.

Melihat ini saya jadi teringat dengan kondisi di Puncak, Bogor, Jawa Barat yang juga menjadi tujuan wisata warga Jakarta dan sekitarnya.

Apalagi waktu itu adalah hari Jumat, hari liburnya warga lokal.

Rupanya Thaif memang merupakan destinasi wisata yang populer di Arab Saudi karena memiliki iklim yang lebih sejuk dibandingkan kota-kota besar di sekitarnya.

Bahkan para raja dari Kerajaan Arab Saudi dan keluarga mereka mendirikan tempat peristirahatan di Kota Thaif, sehingga kota ini kemudian dikenal sebagai Qaryah Al-Mulk atau Desa Para Raja.

Selain dikenal dengan Festival Mawar yang menarik banyak pengunjung, kota ini juga memiliki destinasi wisata yang cocok untuk keluarga, sebagaimana saya menemukan ada semacam wahana permainan layaknya pasar malam di sana.

Penutup

Wisata ke kota Thaif ini menjadi pengalaman yang luar biasa bagi saya. Ini pertama kalinya saya bisa merasakan naik kereta gantung dengan ketinggian sekitar 1500 meter

Tak hanya berwisata, saya juga bersyukur bisa kembali napak tilas sejarah perjuangan dakwah Islam di tahun awal.

Saya pun jadi tahu sisi lain dari Arab Saudi yang ternyata memiliki wilayah yang cukup asri dengan udara yang sejuk.

Kamu tertarik mencoba naik kareta gantung Taifsama ini?

About The Author

Fitri Apriyani

You may also like