Matchadreamy

Nyobain Naik Kapal Dishub dari Kepulauan Seribu ke Jakarta [Review]

Fitri Apriyani
Fitri Apriyani
Akhirnya bisa nyobain naik Kapal Dishub ini. Sayangnya ada pengalaman gak ngenakin juga. Apa tuh?

Nyobain Naik Kapal Dishub dari Kepulauan Seribu ke Jakarta

Aloha! Masih ingat kan di tulisan sebelumnya bahwa saya dan suami gagal naik kapal Dishub pada keberangkatan dari Kota Jakarta ke Pulau Seribu?

Singkat cerita, keberangkatan kami ke Pulau Harapan kurang beruntung karena pada Jumat hari itu, tidak ada kapal Dishub yang beroperasi untuk mengantarkan kami ke sana.

Lebih lengkapnya baca di sini : Cerita Perjalanan dari Jakarta ke Pulau Seribu

Nah, beruntung pada kepulangan ke Kota Jakarta, kami berkesempatan naik kapal Dishub yang sudah saya nanti-nantikan.

Mau tahu lebih lanjut tentang kapal ini? Baca sampai habis ya!

Kapal Dishub, Si Primadona Para Wisatawan

promo tiket dot com

Kapal Dishub yang saya maksud adalah kapal penyebrangan menuju dan dari Kepulauan Seribu yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi DKI Jakarta.

Kapal ini bisa dibilang primadonanya para wisatawan yang ingin liburan ke Kepulauan Seribu melalui Pelabuhan Kaliadem, Muara Angke, Jakarta Utara.

Soalnya, kapal Dishub merupakan kapal yang lebih nyaman daripada alternatif kapal lain untuk menyebrang, yaitu kapal tradisional.

Meski ukurannya lebih kecil, armada kapal Dishub terbilang baru, memiliki fasilitas yang cukup lengkap, serta harga tiket yang lebih murah.

Tidak seperti kapal tradisional yang terbuat dari kayu, kapal Dishub tampak lebih modern.

Sayangnya, armada kapal Dishub ini terbatas.

Berdasarkan video Youtube dari travel vloggeryang saya tonton sebelum keberangkatan, wisatawan yang ingin naik kapal Dishub harus rela antri dari subuh dini hari demi mendapatkan tiket.

Itulah kenapa, di hari H keberangkatan, kami sudah otw setelah sholat subuh dari rumah kami di Jakarta Barat untuk menuju pelabuhan di Jakarta Utara.

Namun, ternyata kami salah memilih waktu keberangkatan, yaitu justru saat kapal Dishub tidak beroperasi.

Berjam-jam di dermaga menanti Kapal Dishub

Berkat bantuan dari pemilik penginapan saat di Pulau Harapan, kami mendapatkan informasi bahwa akan ada kapal Dishub yang datang dari dan menuju Kota Jakarta.

Jadi kami bisa naik kapal ini untuk pulang. Saya sangat senang mengetahui bisa kembali ke Kota Jakarta dengan menaiki kapal Dishub, yang membuat saya penasaran.

Kami diminta harus sudah tiba di dermaga pada pukul 09.00 pagi, untuk proses daftar dan pembelian tiket.

Kami sampai di dermaga satu jam lebih awal, dan dipersilahkan menunggu di sebuah pos tempat pembelian tiket kapal.

Selama berjam-jam kami menanti di sekitar dermaga Pulau Kelapa ini

Namun, kami harus menelan kecewa, sebab kapal yang kami tunggu tidak kunjung tiba hingga berjam-jam kemudian.

Jujur, saya merasa agak sebel kenapa kami disuruh datang lebih awal kalau ternyata kapalnya belum datang.

Saya merasa dirugikan secara waktu, karena seharusnya kami tidak perlu early checkout dan masih bisa jalan-jalan menikmati Pulau Harapan.

Barulah pada pukul  11.00 kapal baru muncul dan merapat ke dermaga. Hadeeeeeh.

kapal dishub pulau seribu

Penampakan kapal Dishub lebih modern daripada kapal tradisional

Setelah membeli tiket dari pramugari kapal seharga Rp28.000/orang, kami ternyata belum bisa langsung naik ke kapal, soalnya bertepatan dengan waktu para awak kapal beristirahat.

Saya sempat bad mood karena mau tidak mau harus menunggu lagi di sekitar dermaga selama kurang lebih satu jam.

Fasilitas Terbaik untuk Wisatawan

Layaknya penumpang bus, petugas akan memeriksa dan merobek tiket milik penumpang sebelum dipersilahkan naik.

Waktu itu hanya ada empat penumpang termasuk kami. Meski begitu, petugas tetap melaksanakan prosedur dengan baik.

Saat masuk melalui sebuah pintu di buritan, kami melewati ruang kemudi kapal sekaligus ruangan bagi para awak kapal yang bertugas, untuk kemudian turun sedikit menuju kabin penumpang.

Susunan kursi penumpang hanya terbagi ke dua sisi, yaitu baris kiri dan kanan, dengan posisi duduk menghadap ke haluan.

Syukurlah saat itu kami bisa bebas memilih tempat duduk sesuka hati.

kapal dishub pulau seribu

Suasana di dalam kapal Dishub sepi di rute perjalanan kembali ke Jakarta

Kursi penumpang terbuat dari busa dilapisi kulit sintetis yang terasa empuk dan nyaman.

Pada setiap kursi terdapat baju pelampung yang bisa digunakan bagi para penumpang untuk kondisi darurat.

Tidak seperti di kapal tradisional, pelampung di sini masih baru dan bersih.

Namun, lagi-lagi pelampung ini dialih-fungsikan sebagai sandaran kursi atau bantal kepala.

cara wisata ke pulau seribu

Pelampung yang dijadikan senderan di kursi penumpang

Meski cuaca di luar sedang panas-panasnya, di dalam kapal kami senantiasa merasakan udara sejuk dari AC yang menyala.

Kabin ini juga sangat bersih tanpa ada sampah dan bau yang mengganggu.

Pada bagian depan terdapat sepasang TV LED yang tidak dinyalakan.

Tidak lupa ada toilet khusus bagi penumpang yang bersih, meskipun sempit.

Kondisi ini sungguh jauh berbeda dengan kapal tradisional yang kami tumpangi saat keberangkatan sebelumnya, di mana kami duduk lesehan di gladak kapal bersama penumpang lain.

Tidak heran banyak wisatawan yang rela mengantri demi naik kapal Dishub ini.

Merasakan Sensasi Memecah Ombak dari Lambung Kapal

Saat berada di dalam kapal, saya harus berdiri demi bisa menikmati pemandangan di luar melalui jendela.

Tampak lautan berada sejajar sekitar lengan bawah saya, yang mana berarti lautan berada persis di bawah kaki.

Tidak heran, karena letak kabin penumpang ini memang lebih rendah dari pintu masuk, menunjukkan bahwa kabin ini berada di lambung kapal.

Saya menebak perjalanan nanti akan lebih penuh guncangan daripada saat naik kapal tradisional yang lebih besar.

Dan benar saja, sejak kapal meninggalkan dermaga, saya sudah merasakan gerakan yang intens saat kapal membelah lautan.

Ketika memecah ombak, badan kapal mungil ini bergoyang untuk menjaga keseimbangan sambil terus melaju.

Para penumpang dan awak kapal, ikut bergoyang-goyang hebat mengikuti irama gerak kapal.

Melihat objek di depan saya berayun naik-turun, ke kanan dan kiri, kepala saya menjadi pening.

Ditambah lagi tubuh saya yang ikut merasakan gejolak setiap gerakan kapal, membuat perut saya seperti dikocok dan mual.

Seketika saya dilanda mabuk laut. Obat penangkal mabuk yang saya minum tidak membuahkan hasil.

Rupanya, kondisi mabuk ini hanya mereda saat saya berdiri dan menatap jauh ke lautan di luar jendela.

Akhirnya, saya terus-terusan berdiri sepanjang perjalanan yang memakan waktu tiga jam.

Namun senangnya, saya bisa puas menikmati pemandangan dan menyaksikan kapal-kapal lain yang kebetulan berpapasan dengan kapal ini.

Saya sempat ikut merasa panik melihat kapal tanker Pertamina yang berada di kejauhan seperti hendak melintas di jalur kapal ini.

Untungnya petugas pemantau segera memberi informasi kepada nakhoda kapal, yang merespon dengan sigap.

Sepertinya nakhoda kapal sudah tahu dan melakukan antisipasi.

Kapal Dishub, Angkutan Umum di Lautan

“Pulau Bidadari..Pulau Bidadari..!!” seru salah satu petugas kapal saat kami kira-kira berada satu kilometer dari dermaga Muara Angke.

Ternyata selain menuju Muara Angke, kapal ini juga bisa singgah menurunkan penumpang ke pulau-pulau lain yang termasuk dalam rute perjalanan.

Saya jadi merasa seperti naik angkutan umum di lautan.

Sebab tidak ada jawaban dari keempat penumpang, kapal melanjutkan perjalanan untuk merapat ke tujuan akhir yang menandakan perjalanan kami hari itu telah berakhir.

Turun dari kapal, kami melewati dermaga tempat kapal Dishub yang lain bersandar.

Rupanya lantai dari dermaga ini terbuat dari semacam jerigen kosong yang disusun sehingga bisa mengapung.

Saat melewatinya, kadang terjadi sedikit guncangan yang berasal dari gelombang air laut.

Penutup

Akhirnya berakhir sudah liburan singkat kami selama 2 hari 1 malam ke Pulau Seribu.

Ada suka dan duka berlibur secara backpacker ini. Sukanya, kami bisa menikmati keindahan Pulau Seribu yang cantik banget.

Dukanya, banyak waktu kami terbuang karena ketidakpastian jadwal kapal.

Saya harap Kementrian Pariwisata bisa memperhatikan transportasi dari dan ke Pulau Seribu, no ngaret-ngaret lagi, supaya makin banyak wisatawan yang tertarik liburan ke sana (semoga dibaca ya, hehe).

Kamu sudah pernah naik Kapal Dishub ini?

About The Author

Fitri Apriyani

You may also like