Matchadreamy

Memahami Fenomena Tech Winter Pada Perusahaan Startup

Fitri Apriyani
Fitri Apriyani
Tech winter telah melanda banyak perusahaan rintisan atau startup. Namun, apa sebenarnya fenomena tech winter ini?

Memahami Fenomena Tech Winter Pada Perusahaan Startup

Tech winter is coming, ‘musim dingin’ akan melanda perusahaan teknologi, terutama perusaahan rintisan atau startup.

Namun sebenarnya bukan is coming lagi, tapi already here, tech winter sudah menjadi fenomena yang tidak dapat dielakkan oleh para perusahaan startup.

Istilah tech winter sendiri sebenarnya berasal dari serial televisi Game of Thrones untuk menggambarkan musim dingin yang mencekam dan mengancam nyawa.

Dalam dunia teknologi, tech winter adalah periode ketika pasar teknologi mengalami penurunan signifikan dalam menarik minat dan investasi para investor, sehingga kondisi tersebut menyebabkan banyak startup yang tumbang dan ‘gugur’ satu per satu.

Lantas, apa dampak dan penyebab dari fenomena tech winter tersebut?

Dampak dari tech winter

apa itu tech winter

Pada masa tech winter, banyak perusahaan teknologi mengalami kesulitan finansial, pengurangan staf, atau bahkan kebangkrutan.

Tech Winter sering kali juga dianggap sebagai tahap koreksi dalam siklus pasar teknologi yang berkelanjutan.

Siapa yang mampu bertahan, maka perusahaan tersebut dianggap memiliki model bisnis yang bagus, dan akan mampu untuk bertahan pada masa-masa selanjutnya.

Beberapa startup, khususnya di Indonesia, telah melakukan tindakan efisiensi dalam menghadapi fenomena tech winter, yaitu pengurangan jumlah karyawan atau layoff, serta menghentikan pereksrutan karyawan baru atau hire freezing.

Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk merampingkan struktur perusahaan yang ujung-ujungnya menghemat cost.

Sebut saja startup berbasis pendidikan seperti Zenius dan Ruangguru, e-commerce seperti Shopee yang waktu itu sempat heboh karena telah melakukan layoff besar-besaran, digital payment seperti LinkAja, hingga Mamikos, Sirclo, dan lainnya.

Penyebab terjadinya fenomena tech winter

Telah disebutkan bahwa fenomena tech winter ini merupakan dampak dari berkurangnya minat investor terhadap startup digital, yang menyebabkan startup tersebut mengalami imbas kesulitan finansial.

Namun, apa sebenarnya penyebab fenomena tersebut?

1. Spekulasi berlebihan dan nilai pasar yang tidak realistis

Boleh dikatakan bahwa masa pandemi adalah masa terjadinya tech booming, yaitu di mana banyaknya bermunculan startup-startup baru dengan berbagai inovasi layanan berbasis digital.

Pada masa tersebut, banyak investor tergoda untuk menginvestasikan dana mereka dalam perusahaan teknologi dengan ekspektasi keuntungan yang tidak realistis.

Hal ini menyebabkan nilai pasar perusahaan melebihi nilai aset atau pendapatannya yang sebenarnya.

Ketika kesenjangan ini terungkap, terjadilah koreksi yang tajam dalam penilaian pasar, dan para investor mulai menarik dananya.

2. Ketidakmatangan model bisnis

Beberapa perusahaan startup yang berkembang pesat pada periode tech booming sering kali belum memiliki model bisnis yang matang serta belum terbukti mampu memperoleh profit revenue.

Kebanyak dari mereka hanya fokus pada growth atau pertumbuhan dan akuisisi pengguna, tanpa mempertimbangkan profitabilitas jangka panjang.

Ketika pasar mengalami penurunan, ketidakmatangan model bisnis ini menyebabkan banyak startup yang tidak mampu menghasilkan profit, sehingga tidak memiliki cukup dana untuk menyokong operasional perusahaan.

Pada akhirnya mereka menghadapi kesulitan finansial dan mengalami kolaps.

3. Perubahan regulasi dan kebijakan

Perubahan regulasi dan kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi pasar teknologi secara signifikan.

Misalnya meningkatnya suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), yang menyebabkan banyak investor lebih memilih ‘mengamankan’ uang mereka pada deposito bank.

Selain itu,  terjadinya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina juga menjadi faktor perubahan regulasi yang pada akhirnya mempengaruhi kebijakan di sektor lainnya, terutama kebijakan fiskal dan moneter.

Perubahan kebijakan tersebut dapat menghambat inovasi atau mengubah dinamika pasar, hal ini dapat memicu tech winter dengan menurunkan minat investor dan pertumbuhan perusahaan.

Tips bagi para founder dalam menghadapi tech winter

tips menghadapi tech winter

Bagi para founder startup, menghadapi tech winter bisa merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari.

Pun demikian telah menjadi tantangan yang besar bagi founder startup agar bisa tetap bersaing di tengah mencekamnya tech winter.

Berikut beberapa tips yang dapat membantu para founder demi melewati masa sulit ini:

1. Diversifikasi sumber pendanaan

Usahakan memiliki sumber pendanaan yang beragam, seperti investor modal ventura, dana modal sendiri, atau pendapatan yang dihasilkan dari produk atau layanan.

Dengan memiliki sumber pendanaan yang lebih beragam, keuangan perusahaan tidak akan bergantung hanya pada satu sumber, sehingga dapat lebih stabil dan mengurangi risiko ketika terjadi penurunan investasi.

2. Perkuat model bisnis dan fokus pada profitabilitas

Evaluasi model bisnis yang ada dengan cermat untuk menemukan potensi terjadinya kolaps selama tech winter.

Upayakan memiliki strategi yang matang untuk mencapai profitabilitas yang ditargetkan.

Selain itu, antisipasi dampak fenomena tech winter dengan melakukan penghematan biaya dan efisiensi operasional untuk menghadapi kemungkinan penurunan pendapatan.

Misalnya dengan menghentikan sementara perekrutan karyawan untuk posisi yang kurang strategis.

3. Jaga hubungan dengan Pelanggan dan Investor

Tidak hanya dengan pelanggan, komunikasi yang baik juga perlu dilakukan dengan para investor selama tech winter.

Berikan update secara teratur mengenai kondisi perusahaan (finansial dan operasional), langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi tantangan, dan visi jangka panjang.

Dengan begitu, founder dapat mempertahankan kepercayaan investor, sehingga memperkecil kemungkinan mereka menarik diri dari perusahaan selama melewati masa sulit tech winter.

Bahkan tidak menutup kemungkinan dapat menarik investor baru yang potensial.

4. Pertahankan tim yang solid

Jaga tim tetap solid dan termotivasi dalam menghadapi tantangan fenomena tech winter.

Berikan kejelasan mengenai situasi perusahaan yang sebenarnya, kemudian ajak tim untuk berkolaborasi dalam menemukan solusi kreatif.

Keterlibatan tim yang kuat akan membantu mempertahankan semangat perusahaan di tengah tekanan.

5. Lakukan inovasi taktis

Jangan ragu untuk melakukan inovasi taktis yang dapat membantu perusahaan bertahan dan tumbuh dalam kondisi sulit.

Lakukan riset guna memahami kebutuhan pelanggan, alih-alih hanya mengejar tren dan bersaing dengan kompetitor.

Beberapa hal yang dapat dilakukan misalnya mengidentifikasi peluang baru, mempertluas target pasar, atau mencari model bisnis alternatif yang dapat memberikan kestabilan di tengah tech winter.

Kesimpulan

Fenomena tech winter yang melanda perusahaan berbasis teknologi dan digital memang tidak dapat dielakkan.

Bahkan perusahaan sebesar Google pun dikabarkan telah melakuan layoof terhadap banyak perusahaannya.

Yang bisa dilakukan oleh para founder adalah terus melakukan upaya memperkecil kemungkinan perusahaan mengalami kolaps dan kebangkruntan.

Dengan mengetahui penyebab, dampak dan tips menghadapi fenomena tech winter di atas, diharapkan setiap perusahaan, dapat belajar dari masa sulit ini, melewatinya, dan menggunakannya sebagai peluang untuk berkembang.

Semoga artikel ini bermanfaat!

About The Author

Fitri Apriyani

You may also like